ANGIN SURGA DI BULAN NOVEMBER
Oleh : Sikarang Batukapur
(Makhluk dungu panggembala angin)
Assalamu’alaikum War Wab.
Tinggal selangkah lagi tahun Hijriyah 1434 dan tahun Masehi 2013 pergi meninggalkan segunung peristiwa, yang diantaranya akan menjadi memori. Termasuk peristiwa yang satu ini, kendatipun baru nongol di depan gerbang angan, namun tak hayal, jika Hari Minggu Legi 3 November 2013 itu, seleksi CPNS yang dilaksankan serentak di seluruh penjuru bumi pertiwi ini terealitas, maka berjuta kenangan indah dan berjuta pula kenangan pedih mesti bakal terjadi dalam catatan sejarah kehidupan anak manusia.
Setiap manusia, perlu adanya kelayakan dalam kehidupan, terutama tentang level martabat, maka bukan sebuah pelanggaran jika menginginkan mata pencaharian yang dipandangnya sebagai jaminan hidup, bahkan lebih dari itu bisa ‘menyinggasanakan’ dalan jajaran orang-orang yang terhormat.
Satu diantara sumber penghasilan sekaligus derajat kedudukan yang kian ‘mengaum’ sejak lahirnya orde baru adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil). Apa kepiawaiannya ? Luar biasa jika dipotret dari kawasan orang-orang pinggiran atau dari planetnya para tuna wisma. PNS punya standar gaji yang tak bakal melanggar UMR, walaupun diterima 13 x dalam setahun. PNS tak bakal berpikir jaminan hidup di hari tua, walaupun sudah tidak bekerja. Belum fasilitas yang lain lagi.
Di awal orde baru memang belum banyak yang memprediksi keitimewaan PNS. Namun seiring dengan semakin bertambahnya angka penganggur berpendidikan, maka pamor PNS kian tenar dan persainganpun tak terelakkan diantara para peminang. Bermula dari persaingan sehat, sportif, dan obyektif. Eeee…, rupanya ada makhluknya Gusti Allah yang lihai menafsiri keadaan sehingga menjadi nyaman untuk dilakukan demi memperkaya diri. Bayangkan saja…!, Haditsnya Rosulullah yang memperingatkan untuk menjaga masa muda sebelum hadir masa tua, menjaga kesehatan sebelum datangnya sakit, menjaga hidup sebelum mati, menjaga kesempatan sebelum hadir masa sempit, menjaga kekayaan sebelum jatuh miskin , ditafsiri sebelum mati, semasa muda dan sehat harus bisa memanfaatkan kesempatan untuk menjadi kaya. Dan tafsir sesat itu hebatnya gampang menjalar dan mudah menular menyelinap ke dalam aliran darah insan-insan yang rapuh iman. Sehingga formasi PNS dijadikan sebagai barang dagangan. Astaqfirullahaladzim.
Fenomena sebagaimana terpapar tadi jelas berdampak krusial dan menganiaya banyak kepentingan positif, antara lain :
1. Orang-orang berpotensi tetapi takut dosa, atau tak berani ambil transaksi “Wani Piro ?”, bisa dimungkinkan ada yang mengubur mimpinya alias gagal jadi PNS
2. Orang yang kurang berpotensi dengan didukung indicator sebagaimana yang disyaratkan oleh pihak yang mempunyai kewenangan kian menjamur memenuhi formasi.
Dari sang saudagar sih tak ambil pusing, toh gunung dan lautan di negeri ini belum bisa terbeli. Akan tetapi tuntutan profesi yang disandang si pembeli kursi, apakah bisa dilaksanakan sebagaimana prosedur dan proses yang semestinya ?, apalagi jika harus melibatkan kecerdasan dan skil. Maka jangan hanya anda bayangkan saja, bagaimana kalau disuatu masa nanti hampir semua kursinya pemerintah diduduki orang-orang yang modelnya kayak begitu ?
3. Kemajuan bangsa dan Negara akan berangkat keperaduan untuk tidur sejenak. Untung kalau Cuma sejenak. Jika tidurnya lantaran hilang kemampuan untuk bangun, apakah Negara ini mau renkarnasi ke ratusan tahun yang silam ?
Jangan dikata saya lebai, tetapi jika konsep sang saudagar itu telah menjadi budaya, maka akan lebih banyak lagi orang cerdas lebih mementingkan memperkaya diri dari pada tampil sebagai pelopor pengejar ketertinggalan dan keterbelakangan
4. Pengisian formasi PNS bertujuan agar system pemerintahan dalam segala sector bisa berjalan sebagaimana target yang diprogramkan, dan ini tidak bisa tewujud tanpa ditunjang dengan anggaran. Maka dengan anggaran yang tidak sedikit jumlahnya itu akan semakin menambah kerugian rakyat jika hasil yang diperoleh ternyata belum bisa membawa perubahan positip yang signifikan.
5. Kejujuran semakin menjauh dari karakter bangsa, karena dari praktek-praktek oknum birokrat yang sudah sering terjadi mengajarkan bahwa kejujuran yang dibeking kecerdasan serta skil tak lebih hanya siasat untuk memperoleh kapercayaan agar mudah memperoleh kursi kewenangan, walau tidak mutlak begitu. Toh pada akhirnya, tidak sedikit pula tokoh-tokoh cendikiawan yang semula dikenal jujur dan bersih, tapi di akhir masa jabatannya harus meladeni interogasi KPK.
6. Dewasa ini, yang mengalami abrasi bukanlah pantai saja, namun sangat-sangat menyedihkan karena si penderita abrasi adalah aklaq. Awalnya memang tak kentara, karena ketidak jujuran yang ada pada diri baru beradaptasi dengan lingkungannya. Namun setelah mengenal medan, walaupun tidak seluruhnya , tetapi juga bisa dibilang lumayan para PNS yang mengoknumkan diri untuk memanfatkan kesempatan menambah kejayaan pada dirinya. Jika tahta atau kedudukan / jabatan sudah dimiliki, maka dua lagi yang belum yaitu harta dan wanita. Inilah awal lahirnya iktikat korupsi dan perselingkuhan.
7. Mengkaburkan tujuan Pendidikan.
Hampir orang awam yang kutanya tentang tujuan bersekolah, rata-rata mereka menjawab agar memperoleh ijasah untuk mencari pekerjaan. Mereka tidak begitu mengharap agar memperoleh kepandaian, skil atau kecerdasan. Apalagi menyebutkan agar menjadi insan berakhlaqul karimah atau berbudipekerti luhur, kalaupun ada itu jarang, karena mereka sepertinya sudah faham betul kebudayaan bangsa yang tengah berkembang pesat, sehingga mereka lebih ‘enjoi’ mengatakan “pandai ataupun cerdas masih kalah kuasa dengan uang”. Jadi ijasah yang bagaimanapun kwalitasnya itu tak berarti tanpa dibeking dengan uang.
8. Dan tentu masih banyak lagi dampak negatip akibat dari penyuburan budaya jual beli jabatan.
Pepatah mengatakan, “Sadari dahulu adalah pendapatan, sesal kemudian tiada berguna”. Oleh karena itu diantara cuaca perikehidupan bangsa yang seperti sekarang ini, perkenankan saya berpesan :
a. Untuk anak-anak bangsa yang memperoleh kemenangan dalam medan adu nasib Ahad legi 3 November 2013 sehingga memperoleh gelar CPNS, selanjutnya menjadi PNS, tetaplah bertahan pada ajaran Allah, bahwa keberhasilan menjadi PNS adalah sebuah ujian yang bakal dipertanggungjawabkan kemanfaatannya bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara di depan sidang hisab pada kehidupan yang kedua yaitu di akhirat.
b. Sedangkan bagi teman-teman yang belum berhasil meraih mimpinya. Jangan patah semangat, karena Allah mempnyai rencana yang paling baik dan paling tepat untk anda, maka percayalah bahwa dibailk peristiwa yang anda alami, di sana ada jalan untuk menuju singgasanamu yang sebenarnya.
c. Tak terkecuali bagi bapak-bapak, ibuk-ibuk yang sekarang ini sudah menikmati kepercayaan Pemerintah sebagai PNS, jika diperbolehkan kutambah sedikit tulisanku, maka aku akan mengulas demikian, “ Seseorang menjadi berarti kalau ada yang memberi arti. Bisa berharga jika ada yang menghargai. Bisa terhormat jika ada yang menghormati. Dan dibelantara komunitas para fakir kenikmatan dunialah sanjungan-sanjungan itu akan kita peroleh dengan ikhlas. Maka seandainya suatu saat kita merasa fasilitas yang telah dijaminkan oleh pemerintah masih kurang memadai, tolong tanyakanlah kepada mereka tentang itu”.
Maunya aku ingin berbincang lebih lama tentang fenomena yang sedang merekah bak bunga bangkai tercium wangi. Sehinga semakin membuat siapapun terlena tak sadar diri. Tapi apapun mesti ada batasnya. Maka aku hanya mampu mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada siapapun yang telah membaca, menghayati, apalagi mengamalkan pesan yang telah kutorehkan. Smoga Allah SWT tidak mencatat amalan kita ini selain “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”. Amiin yaa Robbal Alamiin.
Wassalamu’alaikum War Wab.
Pati Utara, awal November 2013
0 komentar:
Posting Komentar